TOURISM - TRADE - INVESTMENT

9/04/2017

Indonesia Bakal Jadi Tamu Kehormatan Europalia Arts Festival

ELJOHNRADIO.NEWS. Indonesia bakal menjadi perhatian negara-negara Eropa. Selama empat bulan mulai Oktober 2017 hingga Januari 2018, negara-negara Eropa bakal disuguhkan keindahan ragam budaya Indonesia. Hal ini menyusul ditunjuknya Indonesia sebagai tamu kehormatan ajang dua tahunan kegiatan kebudayaan terbesar di Eropa, Europalia Arts Festival 2017.
Masyarakat di tujuh negara eropa seperti Inggris, Belanda, Belgia, Jerman, Polandia, Prancis dan Austria, akan dibuai dengan indahnya budaya Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, akan ada 460 seniman yang diboyong ke berbagai kota di negara tersebut.Mereka akan tampil dalam 228 agenda kegiatan budaya. Yakni 69 pertunjukan tari dan teater, 71 pertunjukan musik, 36 karya sastra, 38 karya film dan 14 pameran.
Selain itu juga terdapat program arsitektur bertajuk Specific-Generic-Tribe dengan tema Heritage, Contemporary, Creation dan Exchange.
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, Europalia bersama dengan delegasi Indonesia menjadi wadah yang dipersembahkan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dalam ajang yang akan menampilkan seni budaya tradisional dan kontemporer multidisiplin yang mengangkat keberagaman seni dan budaya Indonesia bertajuk “Rampai Indonesia”.
“Ini adalah acara Indonesia. Kebetulan Kemendikbud diminta untuk menyiapkan penyelenggaraan. Dapat dilaporkan bahwa persiapan pelaksanaan acara ini sudah mencapai 90 persen terkait keberangkatan tidak kurang dari 480 seniman belum termasuk official dan tenaga teknis untuk terlibat dalam tidak kurang dari 220 event,” ujar Hilmar Farid dalam soft launching Europalia Arts Festival 2017, Kamis (31/8) siang di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta.
Tidak hanya penampilan ragam budaya, dalam kegiatan ini juga akan dihadirkan pameran komik Indonesia. Hal ini menjadi istimewa karena Brussels di Belgia adalah ibu kota komik dunia. Sehingga kehadiran Indonesia nantinya betul-betul tepat dengan menghadirkan tradisi seni grafis Indonesia yang luar biasa kaya.
Hilmar menjelaskan, penyelenggaraan acara ini akan berjalan dengan asas terhadap tiga faktor sukses. Yaitu yang pertama adalah sukses penyelenggaraan. Mengingat kehadiran Indonesia ini merupakan misi yang sangat besar dan akan menjadi sorotan dunia, khususnya Eropa.
“Menyangkut berton-ton benda museum dan benda seni untuk dipamerkan di sana dan juga sekitar 400 orang dalam rentang waktu 104 hari. Ini memang satu misi kesenian yang besar,” kata Hilmar Farid.
Sukses kedua adalah sukses promosi. Tentunya kita ingin hadir di Eropa bukan sekadar menampilkan kesenian, tetapi juga menghadirkan Indonesia di dataran eropa. Khususnya melalui bahasa kesenian. “Tentu kita sangat berharap Kementerian Pariwisata yang mengampu promosi Indonesia di mancanegara dapat terlibat aktif dalam program ini,” ujar Hilmar.
Sukses ketiga, sesuai arahan presiden adalah Gain, dalam artian apa yang bisa didapat dari penyelenggaraan event sebesar ini. Mulai dari trade, tourism dan investment. “Jadi ini adalah festival kesenian, tapi dengan misi yang multi dimensi. Kesempatan ini untuk menghadirkan Indonesia secara pantas di pentas dunia,” ujar Hilmar.
Sementara Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Puan Maharani dalam sambutan yang disampaikan Deputi Pendidikan dan Agama Agus Sartono mengatakan, terpilihnya Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara keempat di Asia, dan menjadi negara di Asia Tenggara pertama yang menjadi tamu kehormatan Europalia Arts Festival yang berlangsung sejak tahun 1969.
Festival dua tahunan ini merupakan salah satu festival seni dan kebudayaan terbesar di dunia sehingga sebuah kesempatan dan peluang yang baik sekaligus tantangan untuk menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya akan karya-karya seni dan budaya, khususnya pada masyarkat Eropa. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang mempunyai potensi alam dan budaya beragam, dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.
“Sebagai negara tamu kehormatan, tentunya Indonesia diharapkan dapat menampilkan berbagai keragaman seni dan budaya Indonesia yang toleran, demokratis dan modern yang berasal dari berbagai pelosok tanah air yang kaya akan budaya dan tradisi,” ujar Puan.
Puan mengatakan, ragam seni budaya yang ditampilkan nanti telah melalui hasil kurasi karya seni oleh kurator Europalia Indonesia dan Europalia internasional. Berbagai disiplin artis akan ditampilkan melalui dasar empat pilar.
Yaitu heritage, menampilkan warisan budaya Indonesia. Kedua Contemporary, yaitu pertunjukan seni kontemporer Indonesia. Ketiga creation, menampilkan hasil kreasi baru karya para seniman Indonesia.
“Dan yang terakhir Exchange, yakni kolaborasi seni yang dihasilkan secara persamaan oleh seniman Indonesia dan Eropa,” kata dia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik dan mendukung penuh kehadiran Indonesia di ajang Europalia Arts and Festival 2017. Menurut Menpar kegiatan ini menjadi kesempatan besar bagi Indonesia untuk menunjukkan berbagai karya seni dan budaya terbaik ke pentas dunia khususnya masyarakat Eropa.
Dari sisi faktor sukses penyelenggaraan, Menpar melihat dengan banyaknya seni budaya yang ditampilkan, penting untuk dapat menghadirkan filosofi dari karya seni tersebut. Hal itu agar publik internasional, dalam hal ini masyarakat Eropa, mengerti maksud atau makna atas sajian budaya yang ditampilkan.
“Jadi penting untuk sebelum ditampilkan, disampaikan sinopsis singkat mengenai makna dari karya seni tersebut,” kata Menpar Arief Yahya.
Hal ini penting karena di dunia pariwisata ada tiga hal yang dapat “dijual”. Yakni product, process dan philosophy. 
Menpar mencontohkan Bali yang dinobatkan sebagai The Best Destination in The World oleh TripAdvisor. Di Bali tiga hal tersebut sudah sangat kuat dan mengakar. Produk misalnya, berupa tarian atau seni musik. Kemudian prosesnya adalah bagaimana anak-anak berlatih menari di Bali. Kehidupan di Bali sudah menjadi atraksi.
“Tapi yang buat Bali itu hebat adalah filosofinya, dimana keseharian kehidupan keagamaanya yang tampak. Singkat kata, kalau sesuatu itu menjadi hebat pasti karena dia punya filosofi yang kuat. Sedangkan produk budaya kita sangat jarang akar budayanya diambil untuk kemudian diangkat. Karena itu, sinopsis perlu untuk menampilkan seperti apa filosofinya,” ujar Menpar.
“Jadi mohon saat ditampilkan, apa dan mengapa tarian itu dihadirkan, apa yang membuat tarian itu hebat, perlu juga diangkat,” kata Menpar.
Sementara untuk faktor kesuksesan promosi, Menpar akan memaksimalkan berbagai hal yang dimiliki Kemenpar untuk berpromosi. Ia menjelaskan, sebelumnya materi promosi kehadiran Indonesia di ajang Europalia Arts Festival 2017 telah ditayangkan di berbagai media. Di media elektronik, telah ditayangkan di stasiun televisi BBC, Bloomberg dan media lain. Begitu juga di media digital seperti TripAdvisor, Google dan YouTube serta media-media sosial.
Selain itu juga media-media promosi luar ruang yang tersebar di berbagai negara eropa. Di Prancis, sebanyak 16 bus akan di-branding dengan Europalia. Begitu juga Black Cab di London serta media luar ruang di Belgia. Semuanya akan dibranging terkait Indonesia menjadi tamu kehormatan di Euroalia Arts Festival 2017.
Menpar menekankan bahwa Kementerian Pariwisata akan “all out” dalam segi promosi. Sebab menurutnya, selama ini lemahnya penyelenggaraan satu event adalah minimnya anggaran untuk promosi.
Culture and nature resources kita itu selalu top 20 di dunia, tapi masalahnya tidak ada (masyarakat internasional) yang tahu. Country branding kita juga sebelumnya tidak masuk rangking dunia. Karena itu saya keras sekali bahwa harus 100 persen alokasikan untuk promosi. Ini agenda nasional untuk kebanggaan bangsa,” kata Menpar.
Terakhir untuk sukses pemberdayaan masyarakat dan ekonomi, dalam hal ini kehadiran Indonesia harus dapat memberi hasil di tiga bidang. Yakni Trade, Tourism dan Investment. Untuk itu Menpar meminta agar bisa langsung memonetised dengan mengurutkan negara-negara dengan potensi paling besar.
“Kita harus bisa menjadi yang terbaik dan terbesar,” ujar Menpar. (Sumber Kemenpar)